Jumat, 09 Maret 2012

IBU HAMIL DENGAN VARISES VULVA


DEFINISI

Varises adalah pembuluh darah balik di bawah kulit atau selaput lendir (mukosa) yang melebar dan berkelok atau melingkar akibat kelamin katup dalam pembuluh dara tersebut. Biasanya varises terjadi pada tangan dan kaki, namun pada beberapa orang dapat terjadi ditempat – tempat lain seperti pada lambung, rektum (usus besar dekat anus), vagina, skrotum, dan vulva (bibir kemaluan). Gatal – gatal atau perubahan warna kulit menjadi kebiruan adalah ciri - ciri varises yang paling mudah di kenali.

GEJALA VARISES VULVA

  1. · Biasanya si ibu atau dokter mendeteksi dengana cara meraba vulva, jika terasa ada tonjolan maka bisa dipastikan ibu hamil mengalami varises vulva.
  2. · Ibu hamil mengeluh cepat lelah dan pusat.

FAKTOR RESIKO

Ada banyak resiko (bukan penyebab) yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi varises selama kehamilan yaitu faktor keturunan, kegemukan (obesitas), sikap tubuh yang salah misalnya terlalu lama duduk atau lama berdiri, penggunaan pil KB atau pengobatan dengan estrogen, pemilihan pakaian hamil yang salah, misalnya terlalu ketat, hamil lebih dari dua kali serta kehamilan diatas usia 40 tahun.

PENGARUH PADA PROSES PERSALINAN

Ibu hamil yang mengalami varises vulva / vagina, masih dapat melalui persalinan normal. Namun apabila varises pada vulva / vaginan yang di derita cukup berat, biasanya dokter menyarankan tindakan operasi sesar untuk meminimalisirkan resiko pecahnya dinding pembuluh darah akibat trauma / laserasi jalan pada saat bayi lahir. Varises vulva / vagina jika lambat terdeteksi dapat mengakibatkan perdarahan yang menyebabkan kematian si ibu.

TINDAKAN PENCEGAHAN

Hingga ini belum ada alat khusus untuk mencegah varises vulva pada ibu hamil. Namun bila ibu hamil rajin mengangkat kaki dengan cara menaruhnya diatas bantal kala tidur – tiduran, sedikit banyak bisa membantu memperlancar aliran darah. Cara ini terbukti dapat mengurangi beban yang harus ditopang kaki. Hindari penggunaan sepatu, sebaiknya dengan hak maksimal 2 cm agar aliran darah tak terlambat. Kemudian saat tidur, usahakan jangan berbaring hanya dalam satu posisi untuk menghindari tekanan pada pembuluh darah disatu tempat.

PENGOBATAN

Suntikan dengan obat – obat yang menyumbat pembuluh darah tidak dianjurkan dalam kehamilan. Dapat pula diberikan obat – obat untuk mencegah membesarnya varises. Obat – obat yang sering dipakai ialah, venoruton, dan glyvernol.



TEKNIK PEMBERIAN OBAT

1 Pemberian Obat per Oral

Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat segera diatasi. Keuntungan nya adalah tidak diperlukan latihan khusus, nyaman (penyimpanan,muda dibawa) Non-invasiv, lebih aman dan ekonomis. Kerugian nya adalah “drug delivery” tidak pasti, sangat tergantung “kepatuhan pasien”, banyak obat rusak dalam saluran cerna,exposes drugs to first pass effect, banyak faktor dapat mempengaruhi bioavaibilitas obat.


Alat dan Bahan:

  1. Daftar buku obat/ catatan, jadwal pemberian obat.
  2. Obat dan tempatnya.
  3. Air minum dalam tempatnya.


Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu dan tepat tempat.

4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:

  • Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
  • Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.
  • Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.

5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.

6. Cuci tangan.


2 Pemberian Obat via Jaringan Intra kutan

Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dengan tujuan untuk melakukan tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.


Alat dan Bahan:

  1. Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian obat.
  2. Obat dalam tempatnya.
  3. Spuit 1 cc:/spuit insulin.
  4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
  5. Cairan pelarut.
  6. Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit).
  7. Bengkok.
  8. Perlak dan alasnya.


Prosedur Kerja:

  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang buka dan ke ataskan.
  4. Pasang perlak/ pengalas di bawah bagian yang disuntik.
  5. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquadcs (cairan pelarut) kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
  6. Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.
  7. Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik.
  8. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat dc:ngan permukaan kulit.
  9. Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.
  10. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
  11. Catat reaksi pc;mberian.
  12. Cuci tangan dan c:atat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat.

3 Pemberian Obat Intravena Langsung

Cara memberikan obat melalui vena secara langsung, di antaranya vena mediana cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher),vena langsung frontalis/temporalis (kepala), yang bertujuan agar reaksi cepat dan masuk pada pembuluh darah. Keuntungannya adalah cepat mencapai konsentrasi dan dosis tepat Mudah mentitrasi dosis. Kerugiannya adalah konsentrasi awal tinggi, toksik Invasiv, risiko infeksi dan Memerlukan tenaga ahli.


Alat dan Bahan:

  1. Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian obat.
  2. Obat dalam tempatnya.
  3. Spuit sesuai dengan jenis ukuran.
  4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
  5. Cairan pelarut.
  6. Bak injeksi.
  7. Bengkok.
  8. Perlak dan alasnya.
  9. Karet pembendung (torniquet).


Prosedur Kerja:

  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau ke ataskan.
  4. Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Apabila obat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan pelarut (aquades steril).
  5. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.
  6. Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi.
  7. Desinfeksi dengan kapas alkohol.
  8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau membendung di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan.
  9. Ambil spuit yang berisi obat.
  10. Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah.
  11. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis.
  12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukkan dengan kapas alkohol, dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
  13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
  14. Cuci tangan.

4 Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung (via Wadah)

Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.

Alat dan Bahan:

1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.

2. Obat dalam tempatnya.

3. Wadah cairan (kantong/botol).

4. Kapas alkohol.


Prosedur Kerja:

  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
  4. Cari tempat pc:nyuntikan obat pada daerah kantong.
  5. Lakukan dcsinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
  6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuiti hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong/wadah cairan.
  7. Setelah selesai tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantong cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
  8. Periksa kecepatan infus.
  9. Cuci tangan.
  10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.

5 Pemberian Obat Intravena Melalui Selang

Alat dan Bahan:

  1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.
  2. Obat dalam tempatnya.
  3. Selang intravena.
  4. Kapas alkohol.


Prosedur Kerja:

  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
  4. Cari tempat penyuntikan obat pada dacrah selang intra vena.
  5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
  6. Lakukan penyuntikan dengan memas.ukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam sedang intra vena.
  7. Setelah selesai tarik spuit.
  8. Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat.
  9. Cuci tangan.
  10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.

6 Pemberian Obat per Intramuskular

Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid). Tujuannya agar absorpsi obat lebih cepat. Keuntungannya adalah tidak diperlukan keahlian khusus, dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak dan absorbsi cepat obat larut dalam air . kerugiannya adalah rasa sakit bagi pasien, tidak dapat dipakai pada pasien dengan gangguan pembekuan darah, bioavibilitas berfariasi dan obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.

Alat dan Bahan:

  1. Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian obat.
  2. Obat dalam tempatnya.
  3. Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran: dewasa panjang 2,5-3,75 cm, anak panjang 1,25-2,5 cm.
  4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
  5. Cairan pelarut.
  6. Bak injeksi.
  7. Bengkok.

Prosedur Kerja:

  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan pada bak injeksi.
  4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan).
  5. Desinfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
  6. Lakukan Penyuntikan:

a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fieksi.
b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fieksi.
c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fieksi dan diletakkan di depan tiungkai bawah.
d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau bcrbaring mendatar lengan atas fieksi.

  1. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
  2. Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis.
  3. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alkohol, kemudian spuit yang telah digunakan letakkan pada bengkok.
  4. Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
  5. Cuci tangan.

7 Pemberian Obat via Anus/Rektum

Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.

Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.

Keuntungan nya adalah dapat dipakai jika pasien tidak bisa per-oral, dapat mencegah “first –pass –metabolism dan pilihan terbaik pada anak-anak. Kerugian nya adalah Absorbsi tidak adekuat dan banyak pasien tidak nyaman / risih per-rektal.

Alat dan Bahan:

1. Obat suppositoria dalam tempatnya.

2. Sarung tangan.

3. Kain kasa.

4. Vaselin/pelicin/pelumas.

5. Kertas tisu.

Prosedur Kerja:

  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Gunakan sarung tangan.
  4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
  5. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.
  6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
  7. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
  8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit.
  9. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.
  10. Cuci tangan.
  11. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.

8 Pemberian Obat per Vagina

Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.


Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya.

2. Sarung tangan.

3. Kain kasa.

4. Kertas tisu.

5. Kapas sublimat dalam tempatnya.

6. Pengalas.

7. Korentang dalam tempatnya.


Prosedur Kerja:

  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Gunakan sarung tangan.
  4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
  5. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
  6. Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
  7. Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat.
  8. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
  9. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
  10. Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
  11. Cuci tangan.
  12. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

Catatan: apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk krim yang tertera pada kemasan, renggangkan lipatan labia dan masukkan aplikator kurang lebih 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat dan lanjutkan sesuai langkah nomor 8,9,10,11.

9 Pemberian Obat pada Kulit

Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.


Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim,aerosol, sprei).

2. Pinset anatomis.

3. Kain kasa.

4. Kertas tisu.

5. Balutan.

6. Pengalas.

7. Air sabun, air hangat.

8. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:

  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
  4. Gunakan sarung tangan.
  5. Bersihkan daerah yang akan di beri obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
  6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan, mengompres.
  7. Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.
  8. Cuci tangan.


10 Pemberian Obat pada Mata

Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.

Alat dan Bahan:

  1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
  2. Pipet.
  3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
  4. Korentang dalam tempatnya.
  5. Plestier.
  6. Kain kasa.
  7. Kertas tisu.
  8. Balutan.
  9. Sarung tangan.
  10. Air hangat/kapas pelembab.

Prosedur Kerja:

  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi kita di samping kanan.
  4. Gunakan sarung tangan.
  5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah hidung, apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
  6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita.
  7. Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva. Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.
  8. Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakkan kelopak mata.
  9. Tutup mata dengan kasa bila perlu.
  10. Cuci tangan.
  11. Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.

11 Pemberian Obat pada Telinga

Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat antibiotik.

Alat dan Bahan:

  1. Obat dalam tempatnya.
  2. Penetes.
  3. Spekulum telinga.
  4. Pinset anatomi dalam tempatnya.
  5. Korentang dalam tempatnya.
  6. Plester.
  7. Kain kasa.
  8. Kertas tisu.
  9. Balutan.

Prosedur Kerja:

  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
  4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/ke belakang (pada orang dewasa), ke bawah pada anak.
  5. Apabila obat berupa tetes, maka teteskan obat pada dinding mencegah terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah dengan dosis.
  6. Apabila berupa salep maka ambil kapas lidi dan oleskan masukkan atau oleskan pada liang telinga.
  7. Pertahankan posisi kepala kurang lebih 2-3 menit.
  8. Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu.
  9. Cuci tangan.
  10. Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.


12 Pemberian Obat pada Hidung

Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan ada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.


Alat dan Bahan:

  1. Obat dalam tempatnya.
  2. Pipet.
  3. Spekulum hidung.
  4. Pinset anatomi dalam tempatnya.
  5. Korentang dalam tempatnya.
  6. Plester.
  7. Kain kasa.
  8. Kertas tisu.
  9. Balutan .

Prosedur Kerja:

  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Atur posisi pasien dengan cara:

a. Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.

b. Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.

c. Berbaring dengan bantal di bawah. bahu dan kcpala belakang.

  1. Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 15 menit.
  2. Cuci tangan.
  3. Catat, cara, tanggal, dan dosis pemberian obat.